Minggu, 28 April 2013

Respirasi


LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap praktikum Biologi Dasar dengan Judul “Respirasi” disusun oleh:
Nama                           : Awaluddin
NIM                            : 1213040007
            Kelas/kelompok          : Pendidikan Kimia / IX

telah diperiksa secara seksama oleh Asisten dan Koordinator Asisten dan dinyatakan diterima.
Makassar,    November 2012
Koordinator asisten                                                                 Asisten



 Muhammad Riswan Ramli Dg Tika S.Pd                                 Sitti Kartini
                    NIM : 101404023

                                                                                         



Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab



 Andi Rahmat Saleh, S.Pd, M.Pd.
NIP : 19851010 200812 1 004





  BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Pernahkah berfikir bagiamana kita bernapas ?, bagaimanakah hewan dan tumbuhan bernapas ?. Makhluk hidup dikatakan hidup apabila dia bernapas. Manusia disetiap aktivitasnya, baik itu makan-minum, berjalan, berlari, dan disaat dia beristirahat dia tetap akan bernapas karena kapan manusia tidak bernapas maka manusia tersebut dikatakan mati. Dimana pernapasan pada hewan dan tumbuhan adalah masuknya O2 pada alat pernapasan dan keluarnya CO2. Dan untuk tumbuhan  menghasilkan O2 dan bernapas dengan masuknya CO2. Makhluk hidup memiliki alat pernapasan berbeda-beda mulai dari yang bersel satu hingga makhluk hidup yang bersel banyak.
Namun pada makhluk hidup memiliki tingkat kecepatan bernapas yang berbeda-beda sehingga O2 yang dibutuhkan berbeda-beda pula. Contohnya manusia lebih banyak membutuhkan oksigen dibanding dengan belalang karena dilihat dari ukuran tubuhnya, ukuran tubuh manusia lebih besar dibanding dengan belalang tadi. Selain itu manusia juga lebih banyak melakukan aktivitas sulit seperti bekerja dan lain-lain sehingga wajar bila dikatakan manusia membutuhkan lebih banyak O2 daripada hewan.
Sehingga bisa dikatakan kecepatan respirasi manusia lebih cepat dibandingkan hewan dan tumbuhan. Dan untuk melihat jelas perbedaan itu maka pada percobaan ini akan ditunjukkann bagaimana kecepatan respirasi hewan dan tumbuhan seperti kecambah. Setiap orgenisme hidup membutuhkan oksigen untuk respirasinya , tetapi kebutuhan oksigen tersebut berbeda-beda. Tergantung dari jenis organisme dan besar kecilnya ukuran berat tubuhnya. Untuk itu, dalam percobaan ini dilakukan pembuktian apakah organisme membutuhkan oksigen dalam proses respirasinya dan berapa kecepatannya.
B.  Tujuan Percobaan
1.    Membuktikan bahwa organisme hidup membutuhkan oksigen untuk respirasinya.
2.    Membandingkan kebutuhan oksigen beberapa organisme menurut jenis dan ukuran berat tubuhnya.
C.  Manfaat Praktikum
Untuk mengetahui kecepatan respirasi pada hewan berdasarkan perbedaan jenis dan berat tubuh organisme tersebut, dan juga membandingkan kecepatan respirasi antara hewan dan tumbuhan.





















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Respirasi adalah proses oksidasi bahan makanan atau bahan organik yang terjadi di dalam sel yang dapat dilakukan secara aerob maupun secara anaerob. Dalam kondisi aerob, respirasi ini memerlukan oksigen bebas dan melepaskan karbondioksida serta energi. Apabila yang dioksida adalah gula, maka yang terjadi adalah :
C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O + energy
Jumlah CO2 yang dihasilkan dan jumlah O2 yang digunakan dalam respirasi aerob tidak selalu sama. Hal ini tergantung pada jenis bahan yang digunakan.Perbandingan antara jumlah CO2 yang dilepaskan dan jumlah O2 yang dibutuhkan disebut Respiratory Quotient (RQ). Untuk karbohidra nilai RQ-nya = 1. Nilai RQ ini dapat bervariasi tergantung pada bahan untuk respirasi, sempurna tidaknya respirasi dan kondisi – kondisi lainnya, (Anonim1, 2012).
Sebagaimana kita ketahui dalam semua aktivitas makhluk hidup memerlukan energi, tumbuhan juga. Respirasi terjadi pada seluruh bagian tubuh tumbuhan, pada tumbuhan tingkat tinggi respirasi terjadi baik pada akar, batang maupun daun dan secara kimia pada respirasi aerobik pada karbohidrat (glukosa) adalah kebalikan fotosintesis. Pada respirasi pembakaran glukosa oleh oksigen kan menghasilkan energi. Karena semua bagian tumbuhan tersusun atas jaringan dan jaringan tersusun atas sel, maka respirasi terjadi pada sel, (Jasin, 1989).
            Pertukaran gas (gas exchange) disebut juga respirasi, yaitu pengambilan oksigen molekuler (O2) dari lingkungan dan membuang karbon dioksida (CO2) ke lingkungan.Hewan memerlukan suplai O2 secara terus menerus untuk respirasi seluler sehingga dapat mengubah molekul bahan bakar yang diperoleh dari makanan menjadi kerja.Hewan juga terus membuang CO2, produk buangan respirasi seluler.Sumber oksigen yang disebut medium respirasi (respiratory medium) adalah udara bagi hewan darat (terrestrial) dan air bagi hewan air (akuatik).Bagian hewan tempat oksigen dari lingkungan berdifusi ke dalam sel hidup dan karbondioksida berdifusi keluar disebut permukaan respirasi (respiratory surface).Semua sel hidup harus digenangi oleh air untuk mempertahankan dan memelihara membrane plasmanya.Dengan demikian permukaan repirasi hewan terestial dan hewan aquatic bersifat lembab, dan O2 dan CO2 berdifusi melewatinya setelah larut terlebih dahulu dalam air.Selain itu, permukaan respirasi seekor hewan harus cukup besar untuk bisa menyediakan O2 dan membuang CO2 bagi seluruh tubuh.Berbagai ragam penyelesaian atas permasalahan penyediaan permukaan respirasi yang cukup besar telah dievolusikan dan terutama tergantung pada ukuran organisme dan apakah organisme itu hidup di darat atau di air.Pada banyak hewan, tubuhnya tidak mempunyai akses langsung dengan medium respirasi.Bagi sebagian besar hewan, permukaan tubuh secara umum tidak memiliki luas yang mencukupi untuk mempertukarkan gas bagi seluruh tubuhnya. Penyelesainnya berupa adanya bagian-bagian tubuh yang mengalami pelipatan atau percabangan secara ekstensif, sehingga akan memperbesar luas permukaan respirasi untuk pertukaran gas. Insang, trakea, dan paru-paru adalah tiga organ respirasi yang paling umum, (Campbell, 2002).
Alat pernafasan pada hewan Arthropoda, khususnya pada serangga adalah berupa pembuluh trakea. Udara masuk dan ke luar melalui lubang kecil yang disebut spirakel atau stigma yang terdapat di kanan kiri tubuhnya. Dari spirakel, udara masuk ke pembuluh trakea yang memanjang. Trakea memanjang ini selanjutnya bercabang-cabang menjadi saluran halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen yang masuk melalui saluran ini akan langsung berdifusi ke dalam jaringan. Dengan cara yang sama, CO2 dilepaskan jaringan, masuk ke pembuluh trakhea, dan dikeluarkan. Oleh sebab itu, pada sistem trakea ini pengangkutan O2 dan CO2 tidak diedarkan oleh darah, karena darah serangga tidak mengandung hemoglobin. Paru-paru buku adalah alat respirasi pada kelompok laba-laba dan kalajengking. Keduanya termasuk dalam Arthropoda, (Anonim2, 2012).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A.    Waktu dan Tempat
Hari / Tanggal        :Selasa / 11 Desember 2012
Waktu                    :Pukul 13:00 sd.  15:30 WITA
Tempat                   :Laboratorium Biologi Dasar Lantai III Timurn FMIPA UNM
B.     Alat dan Bahan
1.      Alat
a)      Dua set respirometer sederhana
b)      Jarum suntik kecil
c)      Stopwach/HP
2.      Bahan
a)      Kapas
b)      Vaselin
c)      KOH kristal
d)     Larutan metilen blue
e)      Kecambah kacang hijau
f)       Belalang (Dessosteria carolina)
g)      Kecoa (Blatta orientalis)
C.    Prosedur Kerja
Percobaan 1
1.    Mengambil 1 ekor belalang dan 1 ekor kecoa dengan ukuran berat tubuh sama atau hampir sama.
2.    Memasukkan belalang ke dalam tabung respirometer A, dan kecoa pada tabung repirometer B.
3.    Membungkus dengan kapas 2 butir kristal KOH kemudian memasukkan atau meletakkannya di leher tabung respirometer.
4.    Menutup tabung respirometer dengan penutupnya yang berhubungan dengan pita kaca berskala, kemudian meletakkan pada sandarannya.
5.    Mengolesi dengan vaselin pada sambungan tabung respirometer dengan penutupnya untuk mencegah kebocoran.
6.    Meneteskan larutan metilen blue pada ujung pipa kaca berskala sampai ada yang masuk ke dalam salurannya.
7.    Mengamati pergeseran eosin sepanjang saluran pipa kaca berskala, kemudian catat berapa jarak mulai dari skala 0,0 selama 5 menit dengan selang waktu pencatatan setiap 1 menit.
8.    Mengulangi langkah kerja 2-7 dengan pengamatan pada kecoa.
Percobaan 2
1.    Membersihkan respirometer simple yang telah digunakan.
2.    Dengan tata urutan kerja yang sama pada percobaan 1, lakukan percobaan 2 dengan menggunakan hewan sejenis dengan ukuran berat tubuh yang berbeda.
Percobaan 3
3.    Membersihkan respirometer simple yang telah digunakan.
4.    Dengan tata urutan kerja yang sama pada percobaan 1, lakukan percobaan 2 dengan menggunakan hewan yang tidak sejenis dengan ukuran berat tubuh yang sama.
Percobaan 4
1.    Membersihkan respirometer simple yang telah digunakan.
2.    Dengan tata urutan kerja yang sama pada percobaan 1, lakukan percobaan 3 dengan menggunakan kecambah kacang hijau dengan kulit dan belalang.






BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A.  Hasil Pengamatan
Percobaan 1 (belalang besar dengan belalang kecil

Menit ke-
Jenis organisme
Skala
1
Belalang besar
0,18

Belalang kecil
0,13
2
Belalang besar
0,38

Belalang kecil
0,32
3
Belalang besar
0,54

Belalang kecil
0,47
4
Belalang besar
0,69

Belalang kecil
0,60
5
Belalang besar
0,85

Belalang kecil
0,70




Percobaan 2 (kecoa besar dengan kecoa kecil)
Menit ke-
Jenis organisme
Skala
1
Kecoa besar
0,10

Kecoa kecil
0,15
2
Kecoa besar
0,31

Kecoa kecil
0,34
3
Kecoa besar
0,46

Kecoa kecil
0,51
4
Kecoa besar
0,59

Kecoa kecil
0,62
5
Kecoa besar
0,69

Kecoa kecil
0,76

Percobaan 3 (belalang dengan kecoa)

Menit ke-
Jenis organisme
Skala
1
Belalang kecil
0,13

Kecoa kecil
0,15
2
Belalang kecil
0,32

Kecoa kecil
0,34
3
Belalang kecil
0,47

Kecoa kecil
0,51
4
Belalang kecil
0,60

Kecoa kecil
0,62
5
Belalang kecil
0,70

Kecoa kecil
0,76


Percobaan 4 (hewan dan tumbuhan)
Menit ke-
Jenis organisme
Skala
1
Belalang besar
0,18

Kecambah
0,05
2
Belalang besar
0,38

Kecambah
0,16
3
Belalang besar
0,54

Kecambah
0,35
4
Belalang besar
0,69

Kecambah
0,36
5
Belalang besar
0,85

Kecambah
0,50

B.  Analisis Data
1.    Percobaan I
Kecepatan respirasi untuk belalang besar
t5  =  5 menit               s5 = 0,85 skala
Kecepatan respirasi untuk belalang kecil
t5  =  5 menit               s5 = 0,70 skala
2.    Percobaan II
Kecepatan respirasi untuk kecoa besar
T5  =  5 menit              s5 = 0,69 skala
Kecepatan respirasi untuk kecoa kecil
t5  =  5 menit               s5 =  0,70 skala
3.    Percobaan III
Kecepatan respirasi untuk belalang kecil
t5  =  5 menit               s5 = 0,76 skala
Kecepatan respirasi untuk kacoa kecil
t5  =  5 menit               s5 = 0,70 skala
4.    Percobaan IV
Kecepatan respirasi untuk belalang besar
t5  =  5 menit               s5 = 0,85 skala
Kecepatan respirasi untuk kecambah
t5  =  5 menit               s5 = 0,50 skala
C.  Analisis Grafik
1.    Grafik hubungan antara skala respirometer terhadap belalang besar dan belalang kecil
2.    Grafik hubungan antara skala respirometer terhadap kecoa besar dan kecoa kecil
3.    Grafik hubungan antara skala respirometer terhadap belalang kecil dan kecoa kecil
4.    Grafik hubungan antara skala respirometer terhadap belalang besar dan kecambah.
D.  Pembahasan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu satu set respirometer yang digunkan untuk menentukan kecepatan suatu organisme untuk melakukan proses respirasi. Vaselin berfungsi untuk mencegah kebocoran pada mulut tabung respirometer. Larutan metilen blue berfungsi sebagai penanda penunjukan skala yang terjadi pada proses respirasi sehingga mempermudah kita untuk menentukan kecepatan respirasi suatu organisme. KOH kridtal berfungsi untuk menyerap CO2 yang dihasilkan oleh mahluk hidup yang ada didalam tabung respirometer, jika CO2 tidak diserap dengan menggunakan kristal KOH, maka CO2 tersebut akan mendorong larutan metilen blue kembali keluar dari pipa kaca berskala.
Pada grafik pertama yaitu grafik hubungan antara skala respirometer terhadap belalang besar dan belalang kecil, kita bisa melihat bahwa kecepatan respirasi pada belalang besar lebih cepat dapri pada belalang kecil, hal ini memang wajar mengingat semakin besar ukuran tubuh suatu organisme maka kebutuhan oksigen untuk proses respirasinya pun akan semakin banyak pula sehingga menyebabkan pergerakan pada skala respirometer lebih cepat dibandingkan dengan belalang kecil. Ini menunjukkan bahwa kecepatan respirasi organisme juga dipengaruhi oleh ukuran tubuh organisme tersebut.
Pada grafik kedua yaitu Grafik hubungan antara skala respirometer terhadap kecoa besar dan kecoa kecil, kita dapat melihat bahwa terjadi hal yang bertentangan dengan grafik yang terjadi pada grafik diatas. Dimana pada percobaan menggunakan kecoa besar dan kecoa kecil dapat diamati bahwa kecoa kecil melakukan proses respirasi lebih cepat dibandingkan dengan kecoa besar. Hal ini tidak sesuai dengan terori yang menyatakan bahwa ukuran tubuh berbanding lurus dengan ukuran tubuh. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh beberapa faktor, yaitu: yang pertama kemungkinan karena kecoa besar yang digunakan sudah lemas karena kecoa besar yang kami gunakan sudah ditangkap dua hari sebelum praktikum, sedangkan kecoa kecil yang kami gunakan ditangkap satu hari sebelum praktikum. Dan juga dapat dipengauhi oleh faktor usia dari kecao itu sendiri, jika kecoa yang masih muda sel-sel dalam tubuhnya masing bekerja dengan baik sehingga proses respirasinya berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan kecao yang sudah tua.
Pada grafik ketiga yaitu Grafik hubungan antara skala respirometer terhadap belalang kecil dan kecoa kecil, kita dapat melihat bahwa kecepatan respiraasi keco lebih cepat dari pada kecepatan respirasi belalang walaupun dengan ukuran tubuh yang sama. Hal ini terjadi karena kapasitas trakea yang dimiliki oleh kecoa lebih besar dari pada kapasitas trakea yang dimiliki oleh belalang, sehingga menyebabkan proses repirasi pada kecoa lebih cepat dari pada belalang.
Pada grafik keempat yaitu grafik hubungan antara skala respirometer terhadap belalang besar dan kecambah, kita dapat melihat bahwa kecepatan respirasi belalang besar jauh lebih cepat dibandingkan dengan kecepetan respirasi kecambah. Ini karena kecepatan respirasi pada suatu organisme bergantung juga pada aktivitas mehluk hidup itu sendiri. Semakin aktif mahkluk hidup itu maka semakin banyak jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh organisme tersebut.















BAB V
PENUTUP


A.  Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum ini dapat disimpulkan bahwa:
1.    Memang benar  mahluk hidup membutuhkan oksigen untuk proses respirasinya, hal ini dapat dibuktikan ketika larutan metilen blue semakin mendekat ketika tabung tertutup.
2.    Ternyata kebutuhan oksigen setiap organisme berbeda-beda, hal ini bergantung pada jenis, ukuran, usia dan aktivitas mahluk hidup itu sendiri.
B.  Saran
Sebaiknya praktikan lebih teliti dalm menggunakan alat respirometer, seperti menutup tabung dengan baik dan melihat pergerakan kecepatan larutan metilen blue dengan baik pula.














DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2012. Penuntun Praktikum Biologi Dasar. Makassar : FMIPA UNM

Anonim2. 2012. Respirasi Pada Hewan . http://biologimediacentre.com/sistem-respirasi-1-respirasi-pada-hewan-tingkat-rendah/. Diakses pada tanggal 16 Desember 2012. Makassar

Campbell, A. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid Tiga. Jakarta: Erlangga
Jasin, M. 1989 . Biologi Umum Untuk Perguruan Tinggi. Bina Pustakatama:Surabaya



















LAMPIRAN

Pertanyaan
1.      Apa fungsi KOH yang dibungkus dengan kapas?
2.      Apa fungsi eosin pada percobaan ini? Dapatkah eosin tersebut diganti dengan cariran yagn lain? Jelaskan!
3.      Bagaimana mengetahui volume eosin yang digunakan organisme pada percobaan diatas?
4.      Adakah perbedaan jumlah kebutuhan oksigen berdasarkan jenis organisme? Jelaskan!
5.      Adakah perbedaan kebutuhan oksigen berdasarkan ukuran organisme? Jelaskan!
Jawaban
1.      Fungsi KOH yang dibungkus dengan kapas tersebut ialah mengikat      menyerap CO2 dilepaskan oleh organisme dalam tabung respirometer.
2.      Metil blue mengalami pergeseran ke arah tabung respirometer karena CO2(gas) yang berada dalam tabung respirometer diikat terus oleh kristal KOH dalam kapas dan O2 dalam tabung respirometer terus diserap oleh organisme sehingga menghasilkan tekanan yang berbeda antara udara yang ada di dalam dan di luar respirometer sehingga menyebabkan metil blue bergeser ke arah dalam yang disebabkan karena adanya tekanan udara dari luar tabung respirometer.
3.      Dengan melihat pergeseran metil blue pada pipa kaca berskala.
4.      Ada, karena setiap organisme memerlukan oksigen yang berbeda-beda. Hal ini tergantung pada metabolism yang ada di dalam tubuhnya. Sehingga setiap organism yang berbeda pasti memiliki kebutuhan oksigen yang berbeda pula.
5.      Ada, karena semakin besar suatu organism maka kebutuhan oksigennya akan semakin sedikit hal ini terlihat pada percobaan bagitu pula sebaliknya.
Respirasi pada hewan
Pada hewan satu sel, misalnya Amoeba dan Paramaecium, proses pertukaran oksigen dan CO2 berlangsung melalui seluruh permukaan tubuhnya secara difusi. Proses difusi dan gerakan sitoplasma akan mengantarkan oksigen menuju ke mitokondria. Di dalam mitokondria oksigen digunakan untuk memecah senyawa organik, sehingga dihasilkan energi dan zat sisa berupa air dan CO2.
Pada cacing tanah pertukaran gas berlangsng secara difusi melalui seluruh permukaan tubuh. Cacing tanah tidak mempunyai alat pernapasan khusus. Kulitnya banyak mengandung kelenjar lendir. Dengan adanya lendir, kulit cacing selalu dalam keadaan basah dan licin untuk mempermudah difusi gas. Melalui kulit yang basah ini, cacing menyerap oksigen serta mengeluarkan karbondioksida dan uap air secara difusi.
Alat pernafasan pada hewan Arthropoda, khususnya pada serangga adalah berupa pembuluh trakea. Udara masuk dan ke luar melalui lubang kecil yang disebut spirakel atau stigma yang terdapat di kanan kiri tubuhnya. Dari spirakel, udara masuk ke pembuluh trakea yang memanjang. Trakea memanjang ini selanjutnya bercabang-cabang menjadi saluran halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen yang masuk melalui saluran ini akan langsung berdifusi ke dalam jaringan. Dengan cara yang sama, CO2 dilepaskan jaringan, masuk ke pembuluh trakhea, dan dikeluarkan. Oleh sebab itu, pada sistem trakea ini pengangkutan O2 dan CO2 tidak diedarkan oleh darah, karena darah serangga tidak mengandung hemoglobin.
Paru-paru buku adalah alat respirasi pada kelompok laba-laba dan kalajengking. Keduanya termasuk dalam Arthropoda (hewan yang kakinya beruas). Organ yang berada di bagian ventral (bawah perut) ini memiliki bentuk lembaran bertumpuk seperti buku. Udara yang mengalir melalui celah-celah buku tersebut memungkinkan terjadinya pertukaran gas O2 dengan CO2.

Perhatikan paru-paru buku pada laba-laba (kiri). Paru-paru buku diperbesar (kanan)

Sifonoglifa adalah alat respirasi pada Coenlenterata (hewan berongga) terutama yang termasuk golongan Anthozoa, misalnya pada Anemon laut.
Selain hewan bersel satu, beberapa jenis hewan seperti, katak, salamander, ular, dan kura-kura air, dapat melakukan pernapasannya dengan menggunakan permukaan tubuhnya. Walaupun di antara hewan tersebut telah memiliki paru-paru, namun kulit yang tipis, berpori, lembab dan kaya kapiler darah sangat memungkinkan untuk berlangsungnya pertukaran gas. Pada kura-kura air, bagian yang membantu pernafasan adalah kulit di sekitar kloaka.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar