LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap
praktikum Biologi Dasar dengan Judul “Respirasi” disusun oleh:
Nama : Awaluddin
NIM : 1213040007
Kelas/kelompok : Pendidikan Kimia / IX
telah diperiksa secara seksama oleh
Asisten dan Koordinator Asisten dan dinyatakan diterima.
Makassar, November 2012
Koordinator
asisten Asisten
Muhammad Riswan Ramli Dg Tika S.Pd Sitti Kartini
NIM : 101404023
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
Andi Rahmat Saleh, S.Pd, M.Pd.
NIP :
19851010 200812 1 004
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pernahkah berfikir bagiamana kita bernapas ?,
bagaimanakah hewan dan tumbuhan bernapas ?. Makhluk hidup dikatakan hidup
apabila dia bernapas. Manusia disetiap aktivitasnya, baik itu makan-minum,
berjalan, berlari, dan disaat dia beristirahat dia tetap akan bernapas karena
kapan manusia tidak bernapas maka manusia tersebut dikatakan mati. Dimana
pernapasan pada hewan dan tumbuhan adalah masuknya O2 pada alat pernapasan
dan keluarnya CO2. Dan untuk tumbuhan menghasilkan O2 dan bernapas
dengan masuknya CO2. Makhluk hidup memiliki alat pernapasan
berbeda-beda mulai dari yang bersel satu hingga makhluk hidup yang bersel
banyak.
Namun pada makhluk hidup memiliki tingkat kecepatan
bernapas yang berbeda-beda sehingga O2 yang dibutuhkan berbeda-beda
pula. Contohnya manusia lebih banyak membutuhkan oksigen dibanding dengan
belalang karena dilihat dari ukuran tubuhnya, ukuran tubuh manusia lebih besar
dibanding dengan belalang tadi. Selain itu manusia juga lebih banyak melakukan
aktivitas sulit seperti bekerja dan lain-lain sehingga wajar bila dikatakan
manusia membutuhkan lebih banyak O2 daripada hewan.
Sehingga bisa dikatakan kecepatan respirasi manusia lebih cepat dibandingkan
hewan dan tumbuhan. Dan untuk melihat jelas perbedaan itu maka pada percobaan
ini akan ditunjukkann bagaimana kecepatan respirasi hewan dan tumbuhan seperti
kecambah. Setiap
orgenisme hidup membutuhkan oksigen untuk respirasinya , tetapi kebutuhan oksigen
tersebut berbeda-beda. Tergantung dari jenis organisme dan besar kecilnya
ukuran berat tubuhnya. Untuk itu, dalam percobaan ini dilakukan pembuktian
apakah organisme membutuhkan oksigen dalam proses respirasinya dan berapa kecepatannya.
B.
Tujuan
Percobaan
1.
Membuktikan
bahwa organisme hidup membutuhkan oksigen untuk respirasinya.
2.
Membandingkan
kebutuhan oksigen beberapa organisme menurut jenis dan ukuran berat tubuhnya.
C.
Manfaat
Praktikum
Untuk
mengetahui kecepatan
respirasi pada hewan berdasarkan perbedaan jenis dan berat tubuh organisme
tersebut, dan juga membandingkan kecepatan respirasi antara hewan dan tumbuhan.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Respirasi adalah proses oksidasi bahan
makanan atau bahan organik yang terjadi di dalam sel yang dapat dilakukan
secara aerob maupun secara anaerob. Dalam kondisi aerob, respirasi ini
memerlukan oksigen bebas dan melepaskan karbondioksida serta energi. Apabila
yang dioksida adalah gula, maka yang terjadi adalah :
C6H12O6
+ 6O2 → 6CO2 + 6H2O + energy
Jumlah CO2 yang dihasilkan dan jumlah O2 yang
digunakan dalam respirasi aerob tidak selalu sama. Hal ini tergantung pada
jenis bahan yang digunakan.Perbandingan antara jumlah CO2 yang dilepaskan dan
jumlah O2 yang dibutuhkan disebut Respiratory Quotient (RQ). Untuk karbohidra
nilai RQ-nya = 1. Nilai RQ ini dapat bervariasi tergantung pada bahan untuk
respirasi, sempurna tidaknya respirasi dan kondisi – kondisi lainnya, (Anonim1,
2012).
Sebagaimana
kita ketahui dalam semua aktivitas makhluk hidup memerlukan energi, tumbuhan
juga. Respirasi terjadi pada seluruh bagian tubuh tumbuhan, pada tumbuhan
tingkat tinggi respirasi terjadi baik pada akar, batang maupun daun dan secara
kimia pada respirasi aerobik pada karbohidrat (glukosa) adalah kebalikan fotosintesis.
Pada respirasi pembakaran glukosa oleh oksigen kan menghasilkan energi. Karena
semua bagian tumbuhan tersusun atas jaringan dan jaringan tersusun atas sel, maka
respirasi terjadi pada sel, (Jasin, 1989).
Pertukaran gas (gas exchange)
disebut juga respirasi, yaitu pengambilan oksigen molekuler (O2) dari
lingkungan dan membuang karbon dioksida (CO2) ke lingkungan.Hewan memerlukan
suplai O2 secara terus menerus untuk respirasi seluler sehingga dapat mengubah molekul
bahan bakar yang diperoleh dari makanan menjadi kerja.Hewan juga terus membuang
CO2, produk buangan respirasi seluler.Sumber oksigen yang disebut medium
respirasi (respiratory medium) adalah udara bagi hewan darat (terrestrial) dan
air bagi hewan air (akuatik).Bagian hewan tempat oksigen dari lingkungan
berdifusi ke dalam sel hidup dan karbondioksida berdifusi keluar disebut
permukaan respirasi (respiratory surface).Semua sel hidup harus digenangi oleh
air untuk mempertahankan dan memelihara membrane plasmanya.Dengan demikian
permukaan repirasi hewan terestial dan hewan aquatic bersifat lembab, dan O2
dan CO2 berdifusi melewatinya setelah larut terlebih dahulu dalam air.Selain
itu, permukaan respirasi seekor hewan harus cukup besar untuk bisa menyediakan
O2 dan membuang CO2 bagi seluruh tubuh.Berbagai ragam penyelesaian atas
permasalahan penyediaan permukaan respirasi yang cukup besar telah dievolusikan
dan terutama tergantung pada ukuran organisme dan apakah organisme itu hidup di
darat atau di air.Pada banyak hewan, tubuhnya tidak mempunyai akses langsung
dengan medium respirasi.Bagi sebagian besar hewan, permukaan tubuh secara umum
tidak memiliki luas yang mencukupi untuk mempertukarkan gas bagi seluruh
tubuhnya. Penyelesainnya berupa adanya bagian-bagian tubuh yang mengalami
pelipatan atau percabangan secara ekstensif, sehingga akan memperbesar luas
permukaan respirasi untuk pertukaran gas. Insang, trakea, dan paru-paru adalah
tiga organ respirasi yang paling umum,
(Campbell, 2002).
Alat
pernafasan pada hewan Arthropoda, khususnya pada serangga adalah berupa pembuluh trakea. Udara masuk dan ke
luar melalui lubang kecil yang disebut spirakel
atau stigma yang terdapat di kanan kiri tubuhnya. Dari spirakel, udara masuk ke
pembuluh trakea yang memanjang. Trakea memanjang ini selanjutnya
bercabang-cabang menjadi saluran halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh.
Oksigen yang masuk melalui saluran ini akan langsung berdifusi ke dalam
jaringan. Dengan cara yang sama, CO2 dilepaskan jaringan, masuk ke
pembuluh trakhea, dan dikeluarkan. Oleh sebab itu, pada sistem trakea ini
pengangkutan O2 dan CO2 tidak diedarkan oleh darah,
karena darah serangga tidak mengandung hemoglobin. Paru-paru buku adalah alat respirasi pada kelompok laba-laba dan
kalajengking. Keduanya termasuk dalam Arthropoda, (Anonim2,
2012).
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
A.
Waktu
dan Tempat
Hari / Tanggal :Selasa / 11 Desember 2012
Waktu :Pukul 13:00 sd. 15:30 WITA
Tempat
:Laboratorium Biologi Dasar Lantai III Timurn FMIPA UNM
B.
Alat
dan Bahan
1. Alat
a) Dua
set respirometer sederhana
b) Jarum
suntik kecil
c) Stopwach/HP
2. Bahan
a) Kapas
b) Vaselin
c) KOH
kristal
d) Larutan
metilen blue
e) Kecambah
kacang hijau
f) Belalang
(Dessosteria carolina)
g) Kecoa
(Blatta orientalis)
C.
Prosedur
Kerja
Percobaan 1
1.
Mengambil 1 ekor belalang dan 1 ekor kecoa dengan ukuran berat tubuh
sama atau hampir sama.
2.
Memasukkan belalang ke dalam tabung respirometer A, dan kecoa pada tabung repirometer B.
3.
Membungkus dengan kapas 2 butir kristal KOH kemudian memasukkan atau
meletakkannya di leher tabung respirometer.
4.
Menutup tabung respirometer dengan penutupnya yang berhubungan dengan
pita kaca berskala, kemudian meletakkan pada sandarannya.
5.
Mengolesi dengan vaselin pada sambungan tabung respirometer dengan
penutupnya untuk mencegah kebocoran.
6.
Meneteskan larutan metilen
blue pada ujung
pipa kaca berskala sampai ada yang masuk ke dalam salurannya.
7.
Mengamati pergeseran eosin sepanjang saluran pipa kaca berskala,
kemudian catat berapa jarak mulai dari skala 0,0 selama 5 menit dengan selang
waktu pencatatan setiap 1 menit.
8.
Mengulangi langkah kerja 2-7 dengan pengamatan pada kecoa.
Percobaan 2
1.
Membersihkan respirometer simple yang telah digunakan.
2.
Dengan tata urutan kerja yang sama pada percobaan 1, lakukan percobaan 2
dengan menggunakan hewan sejenis dengan ukuran berat tubuh yang berbeda.
Percobaan 3
3.
Membersihkan respirometer simple yang telah digunakan.
4.
Dengan tata urutan kerja yang sama pada percobaan 1, lakukan percobaan 2
dengan menggunakan hewan yang
tidak sejenis
dengan ukuran berat tubuh yang sama.
Percobaan 4
1.
Membersihkan respirometer simple yang telah digunakan.
2.
Dengan tata urutan kerja yang sama pada percobaan 1, lakukan percobaan 3
dengan menggunakan kecambah kacang hijau dengan kulit dan belalang.
BAB
IV
HASIL PENGAMATAN
A.
Hasil
Pengamatan
Percobaan
1 (belalang besar dengan belalang kecil
Menit
ke-
|
Jenis
organisme
|
Skala
|
1
|
Belalang
besar
|
0,18
|
|
Belalang
kecil
|
0,13
|
2
|
Belalang
besar
|
0,38
|
|
Belalang
kecil
|
0,32
|
3
|
Belalang
besar
|
0,54
|
|
Belalang
kecil
|
0,47
|
4
|
Belalang
besar
|
0,69
|
|
Belalang
kecil
|
0,60
|
5
|
Belalang
besar
|
0,85
|
|
Belalang
kecil
|
0,70
|
Percobaan
2 (kecoa besar dengan kecoa kecil)
Menit
ke-
|
Jenis
organisme
|
Skala
|
1
|
Kecoa
besar
|
0,10
|
|
Kecoa
kecil
|
0,15
|
2
|
Kecoa
besar
|
0,31
|
|
Kecoa
kecil
|
0,34
|
3
|
Kecoa
besar
|
0,46
|
|
Kecoa
kecil
|
0,51
|
4
|
Kecoa
besar
|
0,59
|
|
Kecoa
kecil
|
0,62
|
5
|
Kecoa
besar
|
0,69
|
|
Kecoa
kecil
|
0,76
|
Percobaan
3 (belalang dengan kecoa)
Menit
ke-
|
Jenis
organisme
|
Skala
|
1
|
Belalang
kecil
|
0,13
|
|
Kecoa
kecil
|
0,15
|
2
|
Belalang
kecil
|
0,32
|
|
Kecoa
kecil
|
0,34
|
3
|
Belalang
kecil
|
0,47
|
|
Kecoa
kecil
|
0,51
|
4
|
Belalang
kecil
|
0,60
|
|
Kecoa
kecil
|
0,62
|
5
|
Belalang
kecil
|
0,70
|
|
Kecoa
kecil
|
0,76
|
Percobaan
4 (hewan dan tumbuhan)
Menit
ke-
|
Jenis
organisme
|
Skala
|
1
|
Belalang
besar
|
0,18
|
|
Kecambah
|
0,05
|
2
|
Belalang
besar
|
0,38
|
|
Kecambah
|
0,16
|
3
|
Belalang
besar
|
0,54
|
|
Kecambah
|
0,35
|
4
|
Belalang
besar
|
0,69
|
|
Kecambah
|
0,36
|
5
|
Belalang
besar
|
0,85
|
|
Kecambah
|
0,50
|
B.
Analisis
Data
1.
Percobaan
I
Kecepatan respirasi untuk belalang besar
t5
= 5 menit s5 = 0,85 skala
Kecepatan respirasi untuk belalang kecil
t5
= 5 menit s5 = 0,70 skala
2.
Percobaan
II
Kecepatan respirasi untuk kecoa besar
T5
= 5 menit s5 = 0,69 skala
Kecepatan respirasi untuk kecoa kecil
t5
= 5 menit s5 =
0,70 skala
3.
Percobaan
III
Kecepatan respirasi untuk belalang kecil
t5
= 5 menit s5 = 0,76 skala
Kecepatan respirasi untuk kacoa kecil
t5
= 5 menit s5 = 0,70 skala
4.
Percobaan
IV
Kecepatan respirasi untuk belalang besar
t5
= 5 menit s5 = 0,85 skala
Kecepatan respirasi untuk kecambah
t5
= 5 menit s5 = 0,50 skala
C.
Analisis
Grafik
1. Grafik
hubungan antara skala respirometer terhadap belalang besar dan belalang kecil
2. Grafik
hubungan antara skala respirometer terhadap kecoa besar dan kecoa kecil
3. Grafik
hubungan antara skala respirometer terhadap belalang kecil dan kecoa kecil
4. Grafik
hubungan antara skala respirometer terhadap belalang besar dan kecambah.
D.
Pembahasan
Alat
dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu satu set respirometer
yang digunkan untuk menentukan kecepatan suatu organisme untuk melakukan proses
respirasi. Vaselin berfungsi untuk mencegah kebocoran pada mulut tabung
respirometer. Larutan metilen blue berfungsi sebagai penanda penunjukan skala
yang terjadi pada proses respirasi sehingga mempermudah kita untuk menentukan
kecepatan respirasi suatu organisme. KOH kridtal berfungsi untuk menyerap CO2
yang dihasilkan oleh mahluk hidup yang ada didalam tabung respirometer,
jika CO2 tidak diserap dengan menggunakan kristal KOH, maka CO2
tersebut akan mendorong larutan metilen blue kembali keluar dari pipa
kaca berskala.
Pada
grafik pertama yaitu grafik hubungan antara skala
respirometer terhadap belalang besar dan belalang kecil,
kita bisa melihat bahwa kecepatan respirasi pada belalang besar lebih cepat
dapri pada belalang kecil, hal ini memang wajar mengingat semakin besar ukuran
tubuh suatu organisme maka kebutuhan oksigen untuk proses respirasinya pun akan
semakin banyak pula sehingga menyebabkan pergerakan pada skala respirometer
lebih cepat dibandingkan dengan belalang kecil. Ini menunjukkan bahwa kecepatan
respirasi organisme juga dipengaruhi oleh ukuran tubuh organisme tersebut.
Pada
grafik kedua yaitu Grafik hubungan antara skala respirometer terhadap kecoa
besar dan kecoa kecil, kita dapat melihat bahwa terjadi hal yang bertentangan dengan
grafik yang terjadi pada grafik diatas. Dimana pada percobaan menggunakan kecoa
besar dan kecoa kecil dapat diamati bahwa kecoa kecil melakukan proses
respirasi lebih cepat dibandingkan dengan kecoa besar. Hal ini tidak sesuai
dengan terori yang menyatakan bahwa ukuran tubuh berbanding lurus dengan ukuran
tubuh. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh beberapa faktor, yaitu: yang
pertama kemungkinan karena kecoa besar yang digunakan sudah lemas karena kecoa
besar yang kami gunakan sudah ditangkap dua hari sebelum praktikum, sedangkan
kecoa kecil yang kami gunakan ditangkap satu hari sebelum praktikum. Dan juga
dapat dipengauhi oleh faktor usia dari kecao itu sendiri, jika kecoa yang masih
muda sel-sel dalam tubuhnya masing bekerja dengan baik sehingga proses
respirasinya berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan kecao yang sudah tua.
Pada
grafik ketiga yaitu Grafik hubungan antara skala respirometer terhadap belalang
kecil dan kecoa kecil, kita dapat melihat bahwa kecepatan respiraasi keco lebih
cepat dari pada kecepatan respirasi belalang walaupun dengan ukuran tubuh yang
sama. Hal ini terjadi karena kapasitas trakea yang dimiliki oleh kecoa lebih
besar dari pada kapasitas trakea yang dimiliki oleh belalang, sehingga
menyebabkan proses repirasi pada kecoa lebih cepat dari pada belalang.
Pada
grafik keempat yaitu grafik hubungan antara skala respirometer terhadap
belalang besar dan kecambah, kita dapat melihat bahwa kecepatan respirasi
belalang besar jauh lebih cepat dibandingkan dengan kecepetan respirasi
kecambah. Ini karena kecepatan respirasi pada suatu organisme bergantung juga
pada aktivitas mehluk hidup itu sendiri. Semakin aktif mahkluk hidup itu maka
semakin banyak jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh organisme tersebut.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah
melakukan praktikum ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Memang
benar mahluk hidup membutuhkan oksigen
untuk proses respirasinya, hal ini dapat dibuktikan ketika larutan metilen blue
semakin mendekat ketika tabung tertutup.
2. Ternyata
kebutuhan oksigen setiap organisme berbeda-beda, hal ini bergantung pada jenis,
ukuran, usia dan aktivitas mahluk hidup itu sendiri.
B.
Saran
Sebaiknya
praktikan lebih teliti dalm
menggunakan alat respirometer, seperti menutup tabung dengan baik dan melihat
pergerakan kecepatan larutan metilen blue dengan baik pula.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim1. 2012. Penuntun Praktikum Biologi Dasar. Makassar
: FMIPA UNM
Anonim2.
2012. Respirasi Pada Hewan . http://biologimediacentre.com/sistem-respirasi-1-respirasi-pada-hewan-tingkat-rendah/. Diakses
pada tanggal 16 Desember 2012. Makassar
Campbell, A. 2002. Biologi
Edisi Kelima Jilid Tiga. Jakarta: Erlangga
Jasin, M. 1989 . Biologi
Umum Untuk Perguruan Tinggi. Bina Pustakatama:Surabaya
LAMPIRAN
Pertanyaan
1. Apa fungsi
KOH yang dibungkus dengan kapas?
2.
Apa fungsi eosin pada percobaan ini?
Dapatkah eosin tersebut diganti dengan cariran yagn lain? Jelaskan!
3.
Bagaimana mengetahui volume eosin
yang digunakan organisme pada percobaan diatas?
4.
Adakah perbedaan jumlah kebutuhan
oksigen berdasarkan jenis organisme? Jelaskan!
5. Adakah
perbedaan kebutuhan oksigen berdasarkan ukuran organisme? Jelaskan!
Jawaban
1.
Fungsi
KOH yang dibungkus dengan kapas tersebut ialah mengikat menyerap CO2 dilepaskan oleh
organisme dalam tabung respirometer.
2.
Metil
blue mengalami pergeseran ke arah tabung respirometer karena CO2(gas)
yang berada dalam tabung respirometer diikat terus oleh kristal KOH dalam kapas
dan O2 dalam tabung respirometer terus diserap oleh organisme
sehingga menghasilkan tekanan yang berbeda antara udara yang ada di dalam dan
di luar respirometer sehingga menyebabkan metil blue bergeser ke arah dalam
yang disebabkan karena adanya tekanan udara dari luar tabung respirometer.
3.
Dengan
melihat pergeseran metil blue pada pipa kaca berskala.
4.
Ada,
karena setiap organisme memerlukan oksigen yang berbeda-beda. Hal ini
tergantung pada metabolism yang ada di dalam tubuhnya. Sehingga setiap organism
yang berbeda pasti memiliki kebutuhan oksigen yang berbeda pula.
5. Ada, karena semakin besar suatu organism maka kebutuhan oksigennya
akan semakin sedikit hal ini terlihat pada percobaan bagitu pula sebaliknya.
Respirasi pada hewan
Pada hewan
satu sel, misalnya Amoeba
dan Paramaecium, proses pertukaran oksigen dan CO2
berlangsung melalui seluruh permukaan tubuhnya secara difusi. Proses
difusi dan gerakan sitoplasma akan mengantarkan oksigen menuju ke mitokondria.
Di dalam mitokondria oksigen digunakan untuk memecah senyawa organik, sehingga
dihasilkan energi dan zat sisa berupa air dan CO2.
Pada cacing
tanah pertukaran gas berlangsng secara difusi melalui seluruh permukaan tubuh.
Cacing tanah tidak mempunyai alat pernapasan khusus. Kulitnya banyak mengandung
kelenjar lendir. Dengan adanya lendir, kulit cacing
selalu dalam keadaan basah dan licin untuk mempermudah difusi gas. Melalui
kulit yang basah ini, cacing menyerap oksigen serta mengeluarkan karbondioksida
dan uap air secara difusi.
Alat
pernafasan pada hewan Arthropoda, khususnya pada serangga adalah berupa pembuluh
trakea. Udara masuk dan ke luar melalui lubang kecil yang disebut spirakel
atau stigma yang terdapat di kanan kiri tubuhnya. Dari spirakel, udara masuk ke
pembuluh trakea yang memanjang. Trakea memanjang ini selanjutnya
bercabang-cabang menjadi saluran halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh.
Oksigen yang masuk melalui saluran ini akan langsung berdifusi ke dalam
jaringan. Dengan cara yang sama, CO2 dilepaskan jaringan, masuk ke
pembuluh trakhea, dan dikeluarkan. Oleh sebab itu, pada sistem trakea ini
pengangkutan O2 dan CO2 tidak diedarkan oleh darah,
karena darah serangga tidak mengandung hemoglobin.
Paru-paru
buku adalah alat
respirasi pada kelompok laba-laba dan kalajengking. Keduanya termasuk dalam
Arthropoda (hewan yang kakinya beruas). Organ yang berada di bagian ventral
(bawah perut) ini memiliki bentuk lembaran bertumpuk seperti buku. Udara yang
mengalir melalui celah-celah buku tersebut memungkinkan terjadinya pertukaran
gas O2 dengan CO2.
Perhatikan paru-paru buku pada laba-laba (kiri). Paru-paru buku diperbesar (kanan)
Sifonoglifa adalah alat
respirasi pada Coenlenterata (hewan berongga) terutama yang termasuk golongan
Anthozoa, misalnya pada Anemon laut.
Selain hewan
bersel satu, beberapa jenis hewan seperti, katak, salamander, ular, dan
kura-kura air, dapat melakukan pernapasannya dengan menggunakan permukaan
tubuhnya. Walaupun di antara hewan tersebut telah memiliki paru-paru, namun
kulit yang tipis, berpori, lembab dan kaya kapiler darah sangat memungkinkan
untuk berlangsungnya pertukaran gas. Pada kura-kura air, bagian yang membantu
pernafasan adalah kulit di sekitar kloaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar